Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog
Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog

Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog

Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog
Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog

Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Kata Psikolog Yang Memiliki Berbagai Alasan Mengapa Lebih Gampang Di Ingat. Halo para pembaca yang otaknya sering kali bekerja lembur memikirkan komentar negatif! Mari kita jujur: anda mungkin menerima puluhan pujian tulus sepanjang minggu. Akan tetapi cukup satu kalimat tajam atau hinaan yang menyakitkan. Dan mendadak semua pujian itu menguap begitu saja. Rasanya tidak adil, bukan? Kenapa memori kita begitu setia pada hal-hal buruk? Kenapa satu kritik pedas terasa jauh lebih berat daripada sepuluh ucapan selamat? Fenomena ini bukanlah kelemahan pribadi, melainkan mekanisme kerja otak yang telah di program sejak lama. Terlebih dunia psikologi punya jawaban pasti atas teka-teki memori yang menyebalkan ini. Dan jawabannya melibatkan sebuah konsep penting: Bias Negativitas. Otak kita di rancang untuk memprioritaskan informasi yang berpotensi mengancam atau berbahaya. S Kali ini, kita akan membongkar tuntas penjelasan dari para psikolog tentang Ternyata Ini Sebabnya.

Mengenai ulasan tentang Ternyata Ini Sebabnya hinaan sulit di lupakan, kata psikolog telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Otak Manusia Lebih Responsif Terhadap Emosi Negatif

Hal ini berasal dari mekanisme evolusi yang sudah ada sejak manusia purba. Ketika kemampuan mendeteksi ancaman sangat penting untuk bertahan hidup. Pada masa itu, memperhatikan bahaya seperti predator, cuaca ekstrem, atau konflik sosial. Dan juga membantu manusia menghindari risiko dan meningkatkan peluang hidup. Pola ini kemudian di wariskan secara biologis. Serta yang masih memengaruhi cara kerja otak modern saat ini. Ketika seseorang menerima hinaan atau kritik, bagian otak yang bernama amigdala langsung bereaksi. Terlebih amigdala berfungsi sebagai “pusat alarm” emosi yang mendeteksi ancaman dan memicu reaksi cepat. Saat amigdala menganggap hinaan sebagai bentuk ancaman sosial. Maka ia mengaktifkan sistem saraf simpatik yang menghasilkan respons “fight or flight” (lawan atau lari). Tubuh kemudian melepaskan hormon stres seperti kortisol dan juga adrenalin.

Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Ini Dia Kata Psikolog

Kemudian juga masih membahas Ternyata Ini Sebabnya Hinaan Sulit Di Lupakan, Ini Dia Kata Psikolog. Dan penjelasan lainnya adalah:

Efek Negativitas (Negativity Bias)

Hal ini adalah fenomena psikologis di mana otak manusia secara alami memberi perhatian dan bobot yang lebih besar pada pengalaman negatif. Jika di bandingkan pengalaman positif. Artinya, satu komentar buruk, kesalahan kecil, atau hinaan bisa meninggalkan bekas emosional. Tentu yang jauh lebih kuat daripada sepuluh pujian atau keberhasilan. Efek ini bukan sekadar kebetulan. Akan tetapi hasil dari cara kerja otak yang telah berevolusi selama ribuan tahun. Terlebihnya untuk memastikan kelangsungan hidup manusia. Dalam konteks evolusi, otak manusia lebih di untungkan dengan mendeteksi bahaya daripada menikmati hal-hal menyenangkan. Jika seorang manusia purba gagal menyadari ancaman. Contohnya seperti predator atau racun. Kemudian juga konsekuensinya bisa fatal. Namun, jika mereka terlalu berhati-hati terhadap sesuatu yang ternyata tidak berbahaya.

Maka dampaknya tidak seburuk itu. Karena alasan inilah, otak kita berkembang menjadi sangat waspada terhadap potensi ancaman atau pengalaman negatif. Pola ini masih melekat pada manusia modern. Meskipun ancamannya kini bersifat sosial atau emosional, bukan lagi fisik. Secara ilmiah, efek negativitas di jelaskan melalui aktivitas otak yang tidak seimbang dalam memproses informasi positif dan negatif. Penelitian neurosains menunjukkan bahwa amigdala. daN bagian otak yang memproses emosi. Terlebihnya lebih aktif ketika seseorang menghadapi pengalaman negatif. Amigdala kemudian mengirim sinyal ke hipokampus. Tentunya untuk menyimpan memori tersebut dengan lebih detail. Akibatnya, kenangan tentang pengalaman buruk seperti hinaan, kritik, atau kegagalan terekam lebih kuat dalam memori jangka panjang. Jika di bandingkan dengan kenangan positif seperti pujian atau apresiasi. Selain faktor biologis, efek negativitas juga di perkuat oleh pola pikir sosial dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, di ajarkan untuk memperhatikan kesalahan agar bisa memperbaiki diri.

Hinaan Abadi, Pujian Hilang? Penjelasan Psikolog

Selain itu, masih membahas Hinaan Abadi, Pujian Hilang? Penjelasan Psikolog. Dan penjelasan lainnya adalah:

Hinaan Memicu Reaksi Fisiologis Yang Lebih Kuat

Ketika seseorang menerima hinaan, tubuh tidak hanya merespons secara emosional. Akan tetapi juga mengalami reaksi fisiologis nyata yang jauh lebih kuat. Jika di bandingkan ketika menerima pujian. Reaksi ini muncul karena otak menafsirkan hinaan. Tentunya sebagai bentuk ancaman sosial yang dapat mengganggu rasa aman, harga diri. Dan kedudukan seseorang di dalam lingkungan sosialnya. Dalam dunia psikologi, hal ini di kenal sebagai respon stres sosial. Terlebihnyayaitu reaksi tubuh terhadap ancaman yang bersifat non-fisik. Namun memiliki dampak biologis yang serupa dengan ancaman nyata. Begitu seseorang mendengar kata-kata yang merendahkan, otak khususnya amigdala. Dan bagian yang berfungsi mendeteksi bahaya dan mengatur emosi, segera aktif. Amigdala lalu mengirim sinyal ke hipotalamus. Dan yang kemudian memicu sistem saraf simpatik. Aktivasi sistem ini menyebabkan tubuh masuk ke dalam kondisi “fight or flight” (lawan atau lari).

Tentunya sebuah mekanisme bertahan hidup yang sudah ada sejak manusia purba. Dalam kondisi ini, jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat, dan otot-otot menegang. Semua reaksi ini terjadi meskipun ancamannya hanya berupa kata-kata, bukan bahaya fisik. Selain perubahan fisik tersebut, tubuh juga melepaskan hormon stres, terutama kortisol dan adrenalin. Kortisol membantu tubuh tetap waspada. Akan tetapi jika kadarnya terlalu tinggi atau berlangsung lama, hormon ini bisa berdampak negatif terhadap kesehatan. Terlebihnya seperti menyebabkan gangguan tidur, penurunan imunitas. Dan hingga peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Adrenalin, di sisi lain, membuat tubuh siap merespons cepat terhadap ancaman. Namun juga menimbulkan perasaan gugup atau panik yang sering muncul setelah seseorang mendapat hinaan berat. Yang menarik, reaksi fisiologis ini secara langsung berhubungan dengan cara otak membentuk memori emosional. Ketika pada kadar hormon stres meningkat.

Hinaan Abadi, Pujian Hilang? Penjelasan Psikolog Yang Ada Sebabnya

Selanjutnya juga masih membahas Hinaan Abadi, Pujian Hilang? Penjelasan Psikolog Yang Ada Sebabnya. Dan penjelasan lainnya adalah:

Pujian Cenderung Cepat Terlupakan Karena Tidak Menimbulkan Ancaman

Berbeda dengan hinaan yang menimbulkan respons emosional dan fisiologis kuat. Dan pujian cenderung cepat terlupakan karena tidak di anggap sebagai ancaman oleh otak. Dalam konteks psikologi evolusioner, otak manusia secara alami lebih terprogram. Tentunya untuk fokus pada hal-hal yang dapat membahayakan diri. Namun bukan pada hal-hal yang aman atau menyenangkan. Ketika seseorang menerima pujian, otak menafsirkannya sebagai pengalaman positif yang tidak menuntut kewaspadaan atau tindakan lanjut. Sehingga efek emosionalnya tidak bertahan lama. Secara neurologis, pujian memang memicu pelepasan zat kimia seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin. Terlebih yang di kenal sebagai hormon kebahagiaan. Hormon-hormon ini membuat seseorang merasa di hargai, di terima, dan senang untuk sementara waktu.

Namun, karena tidak ada sinyal bahaya yang menyertainya. Maka bagian otak seperti amigdala tidak terlibat secara intens. Tanpa keterlibatan amigdala dan peningkatan hormon stres seperti kortisol. Dan pengalaman tersebut tidak di simpan sebagai “memori prioritas” di otak. Akibatnya, sensasi bahagia dari pujian biasanya cepat memudar. Serta otak segera beralih memproses hal lain yang di anggap lebih penting atau menantang. Selain itu, otak memiliki sistem adaptasi hedonis (hedonic adaptation). Tentunya yaitu kecenderungan manusia untuk cepat menyesuaikan diri terhadap hal-hal menyenangkan. Ketika seseorang sering menerima pujian, rasa senangnya akan berkurang seiring waktu karena otak mulai menganggap pujian sebagai sesuatu yang “normal”. Dalam jangka panjang, hal ini membuat pujian tidak meninggalkan kesan mendalam. Dan kecuali jika datang dalam konteks yang benar-benar spesial. Atau dari orang yang sangat berpengaruh secara emosional

Jadi itu dia penjelasan psikolog hinaan yang sulit di lupakan terkait dari Ternyata Ini Sebabnya.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait