Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa
Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa

Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa

Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa
Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa

Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa Yang Di Duga Menjadi Penyebab Utama Permasalahan Ini. Halo Para Pemerhati Konservasi dan Pecinta Satwa Langka! Sungai Mahakam, yang merupakan denyut nadi Kalimantan Timur. Namun yang kini di selimuti kabut kesedihan. Terlebih mamalia endemik kebanggaan kita, Pesut Mahakam. Namun kembali menjadi korban dari derasnya laju pembangunan. Hari ini, kabar duka datang: dua ekor Pesut Mahakam di temukan tak bernyawa. Dan semua indikasi mengarah pada satu tersangka utama. Terlebihnya karena adanya Lonjakan Tongkang Batu Bara! Kematian tragis ini adalah alarm keras yang tidak bisa kita abaikan. Populasi Pesut Mahakam (lumba-lumba air tawar) yang sangat kritis. Dan terancam punah kini semakin terdesak oleh lalu lintas kapal pengangkut batu bara yang semakin brutal. Mari kita bahas mengapa kasus ini.

Mengenai ulasan tentang Lonjakan Tongkang: 2 pesut mahakam di temukan tak bernyawa telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Penemuan & Dugaan Penyebab

Dua ekor Pesut Mahakam di temukan mati di kawasan anak Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dan temuan ini langsung menarik perhatian karena spesies ini termasuk mamalia air langka yang populasinya kini di perkirakan tidak lebih dari 60 ekor di alam liar. Penemuan dilakukan oleh warga dan tim konservasi setempat. Terlebih yang kemudian melaporkan ke pihak Kementerian Lingkungan Hidup serta lembaga konservasi seperti Yayasan RASI. Dari hasil pengamatan awal di lokasi. Dan kondisinya menunjukkan kemungkinan kematian yang tidak wajar. Sehingga petugas segera mengevakuasi bangkai pesut untuk di periksa lebih lanjut di laboratorium. Pemeriksaan awal di lapangan menunjukkan adanya sejumlah tanda yang mengarah pada gangguan lingkungan. Serta dugaan kuat bahwa kematian kedua pesut itu berkaitan dengan lonjakan aktivitas tongkang batu bara di Sungai Mahakam. Serta lembaga konservasi mencatat peningkatan lalu-lintas kapal tongkang yang sangat padat.

Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa Yang Kian Mengkhawatirkan

Kemudian juga masih membaahs Lonjakan Tongkang: 2 Pesut Mahakam Di Temukan Tak Bernyawa Yang Kian Mengkhawatirkan. Dan fakta lainnya adalah:

Kondisi Populasi Pesut & Status Perlindungan

Populasi Pesut Mahakam saat ini berada dalam kondisi yang sangat kritis dan mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil pemantauan lembaga konservasi seperti Yayasan RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia). Dan laporan resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Serta jumlah pesut yang masih hidup di perairan Sungai Mahakam di perkirakan hanya tersisa sekitar 60 individu pada tahun 2025. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan. Jika di bandingkan dengan dua dekade lalu. Terlebihnya di mana populasi pesut masih berkisar 80–90 ekor. Dengan jumlah sekecil ini, setiap kematian satu individu saja memiliki dampak besar terhadap keberlangsungan seluruh populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) merupakan spesies endemik Sungai Mahakam. Maka yang artinya mereka hanya dapat di temukan hidup di sistem perairan tersebut dan tidak di tempat lain di dunia. Spesies ini adalah subpopulasi dari Irrawaddy dolphin.

Namun memiliki adaptasi khusus terhadap lingkungan air tawar sungai besar Kalimantan Timur. Habitat utamanya terbentang dari daerah hulu hingga hilir Sungai Mahakam, termasuk anak-anak sungai di sekitar Kutai Kartanegara dan Muara Kaman. Namun yang kini semakin padat dengan aktivitas manusia. Terutama pengangkutan batu bara dan kegiatan tambang. Dalam konteks perlindungan hukum, Pesut Mahakam termasuk satwa yang di lindungi secara penuh oleh negara. Perlindungannya di atur melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.106 Tahun 2018. Tentunya tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Di lindungi. Artinya, segala bentuk penangkapan, perburuan, kepemilikan. maupun perusakan habitat pesut merupakan pelanggaran hukum yang dapat di kenai sanksi pidana sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu, dalam skala internasional, pesut juga masuk dalam kategori “Critically Endangered”.

Ekosistem Kritis: Kematian Pesut Lagi, Dampak Lonjakan Ponton

Selain itu, masih membahas Ekosistem Kritis: Kematian Pesut Lagi, Dampak Lonjakan Ponton. Dan fakta lainnya adalah:

Di Duga Pelanggaran & Pemeriksaan

Tentunya yang melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum LH) segera melakukan penyelidikan lapangan. Terlebihnya untuk menelusuri dugaan adanya pelanggaran lingkungan hidup. Dari hasil pengawasan awal, di temukan sejumlah indikasi yang mengarah pada pelanggaran izin. Dan praktik operasional tidak sesuai ketentuan. Serta khususnya terkait aktivitas pengangkutan dan pemindahan batu bara oleh beberapa perusahaan di area habitat pesut tersebut. Dalam proses pemeriksaan, KLHK mengawasi setidaknya tiga perusahaan yang beroperasi di wilayah perairan Sungai Mahakam. Dan yakni PT Indo Pancadasa Agrotama, PT Graha Benua Etam, dan PT Muji Lines. Ketiganya di ketahui berperan dalam rantai logistik batu bara yang melibatkan pengangkutan, penyimpanan. Dan juga transfer muatan antar kapal (ship-to-ship atau STS). Dari hasil investigasi awal, PT Muji Lines menjadi sorotan utama. Karena di duga melakukan aktivitas transfer batu bara di atas sungai tanpa memiliki dokumen lingkungan yang lengkap.

Serta tanpa izin pemanfaatan ruang perairan untuk menempatkan Coal Transhipment Barge (CTB). Kegiatan ship-to-ship transfer ini memiliki potensi tinggi menyebabkan pencemaran air dan gangguan terhadap ekosistem. Terutama di area yang menjadi jalur lintasan Pesut Mahakam. Proses pemindahan batu bara antar kapal sering menimbulkan tumpahan serpihan batubara ke sungai. Terlebih yang bisa menurunkan kualitas air, meningkatkan kekeruhan. Dan yang menimbulkan kontaminasi bahan kimia seperti sulfida dan logam berat. Tim pengawasan dari KLHK melaporkan bahwa hasil uji sampel air. Tentunya di sekitar area operasi menunjukkan beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu lingkungan, antara lain warna air yang lebih pekat. Dan juga dengan adanya kandungan sulfida tinggi, dan kadar klorin bebas yang tidak normal. Kondisi ini menandakan adanya potensi pencemaran yang dapat berdampak langsung terhadap satwa air, termasuk pesut.

Ekosistem Kritis: Kematian Pesut Lagi, Dampak Lonjakan Ponton Yang Kian Tak Masuk Akal

Selanjutnya juga masih membahas Ekosistem Kritis: Kematian Pesut Lagi, Dampak Lonjakan Ponton Yang Kian Tak Masuk Akal. Dan fakta lainnya adalah:

Ancaman Terhadap Habitat Pesut

Namun kini menghadapi tekanan lingkungan yang sangat berat dan kompleks. Kematian dua ekor pesut baru-baru ini menyoroti kembali berbagai ancaman serius terhadap keberlangsungan ekosistem air tawar. Terlebih yang menjadi satu-satunya tempat hidup spesies endemik ini. Habitat pesut yang dulunya tenang, alami, dan kaya sumber makanan kini berubah menjadi kawasan. Tentunya dengan aktivitas manusia yang padat, terutama dari sektor pertambangan batu bara, transportasi tongkang. Serta penangkapan ikan tradisional yang tidak ramah lingkungan. Salah satu ancaman paling nyata adalah lonjakan aktivitas kapal tongkang batu bara di Sungai Mahakam. Dalam beberapa tahun terakhir, lalu-lintas kapal pengangkut batu bara meningkat tajam seiring pesatnya ekspor hasil tambang dari Kalimantan Timur.

Di beberapa titik sungai yang merupakan jalur lintasan pesut. Karena tercatat hingga belasan tongkang melintas setiap jam. Kapal-kapal berukuran besar ini menghasilkan kebisingan bawah air yang intens. Kemudian mencapai lebih dari 100 desibel, yang dapat mengganggu sistem sonar alami pesut. Padahal, pesut sangat bergantung pada sistem ekolokasi untuk bernavigasi, berkomunikasi. Dan mencari mangsa di perairan yang keruh. Gangguan suara yang berlebihan bisa menyebabkan disorientasi, stres. Terlebihnya hingga kesalahan navigasi yang berujung pada tabrakan dengan kapal. Selain gangguan kebisingan, lalu-lintas tongkang juga membawa risiko fisik langsung berupa benturan dan tabrakan. Pesut sering berenang di dekat permukaan air, terutama saat bernapas atau berinteraksi dalam kelompok kecil. Ketika arus sungai d ipenuhi oleh ponton besar dan kapal tunda, peluang pesut tertabrak meningkat.

Jadi itu dia beberapa fakta miris dari 2 pesut mahakam di temukan tak bernyawa akibat Lonjakan Tongkang.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait